Rabu, 05 Juni 2013

1.         Memiliki berbagai macam bilangan oksidasi
Dengan berbagai pengecualian logam transisi pada umumnya memiliki berbagai macam bilangan oksidasi.
Tabel bilangan oksidasi unsur transisi
Sc
Ti
V
Cr
Mn
Fe
Co
Ni
Cu
Zn
+2
(+2)
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+1
+2

(+3)
+3
+3
(+3)
+3
+3
(+3)
(+2)


+4
+4
(+4)
+4
(+4)
(+4)





+5
+6
(+6)
(+6)








+7





Y
Zr
Nb
Mo
Te
Ru
Rh
Pd
Ag
Cd
+3
+4
+3
+3
+4
+2
+3
+2
+1
+2


+5
+4
(+6)
+3
+4
(+3)
(+2)




+5
+7
+4
(+6)
+4
(+3)




+5

(+5)









+6









(+7)









(+8)




La
Hf
Ta
W
Rc
Os
Ir
Pt
Au
Ag
+3
+4
(+4)
(+2)
(+3)
(+2)
(+2)
+2
+1
+1


+5
(+3)
+4
(+3)
+3
(+3)
+3
+2



+4
(+5)
+4
+4
+4





+5
+6
+6
(+6)






+6
+7
+8




(dalam tanda kurung adalah bilangan oksidasi yang tidak umum)
Energi elektron dalam orbital 3d hampir sama besar. Hal ini berarti, bahwa agar mencapai kestabilan, unsur-unsur ini membentuk ion dengan cara melepaskan elektron dalam jumlah berbeda. Oleh karena itu unsur-unsur ini mempunyai dua macam bilangan oksidasi atau lebih, dalam senyawanya.
Dari tabelterlihat bahwa untuk deret pertama, bilangan oksidasi maksimum bertambah secara teratur dari +2 untuk Sc ke +7 untuk Mn dan berkurang menjadi +2 untuk zn. Terlihat juga bahwa unsure-unsur  transisi dibagian tengah mempunyai lebih banyak macam bilangan oksidasi. 
Selain itu dalam satu sub-golongan, makin kebawah bilangan oksidasi terbesar lebih menonjol, misalnya +2, dan +3 untuk Fe dan +4, +6, dan +8 untuk Os.

Dengan mempelajari bilangan oksidasi unsure-unsur transisi dapat disimpulkan bahwa :
  • Bilangan oksidasi yang umum adalah +2 dan +3 atau kedua-duanya. Pada awal deret bilangan oksidasi yang umum adalah +3 dan pada akhir deret  adalah +2. 
  • Sampai dengan Mn, dicapai bilangan oksidasi maksimum untuk memenuhi struktur elektron argon (4 untuk Ti, 5 untuk V, 6 untuk Cr dan 7 untuk Mn) 
  • Pada umumnya bilangan oksidasi maksimum dicapai dalam senyawa dengan oksigen dan fluor yang mempunyai keelektronegatifan terbesar. 
Senyawa yang unsur logam transisinya mempunyai bilangan oksidasi tinggi cenderung agak kovalen, sedangkan yang bilangan oksidasinya lebih rendah cenderung lebih ionik. Contohnya oksida - oksida Mn2O7 adalah senyawa kovalen yang berwujud cair pada suhu kamar (mengkristal pada suhu 6oC), tetapi Mn3O4 adalah senyawa ionik. Oksida kovalen cenderung berupa anhidrida asam, sedangkan oksida ionik cenderung basa. Unsur transisi memiliki bilangan oksidasi yang lebar karena orbital d yang terisi sebagian dapat menerima atau mendonasi elektron dalam reaksi kimia.

2.        Berbentuk logam padat dan bersifat koduktor yang baik
3.        Energi ionisasi logam-logam transisi relatif rendah, sehingga mudah membentuk ion positif.
4.        Banyak senyawa logam transisi bersifat paramagnetik
 
  • Sifat magnetik ion kompleks dari senyawa transisi bergantung pada banyaknya elektron tidak berpasangan yang ada
  • Usur-unsur transisi pada umumnya memiliki orbital d dan f yang belum terisi penuh, sehingga atom, unsur bebas maupun senyawaya dapat memiliki elektron tidak berpasangan.
  • Jumlah elektron (spin) tidak berpasangan pada ion kompleks dapat diketahui lewat pengukuran magnetik, pada umunya hasil percobaan akan mendukung prediksi yang diperoleh berdasarkan pembelahan medan kristal.
  • Ada 2 interaksi zat terhadap medan magnet:
   - Digmanetik : tidak tertarik medan magnetik, hal ini disebabkan oleh elektron berpasangan.
  - Paramagnetik : terdapat elektron yang tidak berpasangan oleh karena itu tertarik oleh medan magnet.
 5.  Banyak senyawa unsur transisi berwarna.
Berbeda dengan unsur-unsur alkali dan alkali tanah, pada umumnya senyawa unsure transisi membentuk senyawa berwarna.

Warna senyawa unsur transisi deret pertama

Setiap ion logam transisi membentuk kompleks yang mempunyai warna karakteristik.

                                    [Cu(H2O)4]2+     --->    [Cu(NH3)2(H2O)2]2+
                                      Biru muda                             Biru Tua

                                    [Cu(H2O)4]2+     --- >   [CuCl4]2-
                                               Biru muda                    hijau

Ion-ion dengan tingakat oksidasi yang berbeda memepunyai nyala warna yang berebeda.
Mn (VIII)
Ungu
Mn (VI)
Hijau
Mn (V)
Biru
Mn (IV)
Coklat
Mn (III)
Hijau
Mn (II)
Merah jambu muda


  • Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa kompleks dapat dijelaskan dengan teori medan kristal.

  • Apabila orbital d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dan orbital d yang berenergi rendah ke orbital d yang berenergi lebih tinggi menghasilkan keadaan atom tereksitasi.
E = h
Cahaya dengan  yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi yang diserap, sedangkan yang lainnya tidak diserap akibatnya akan terlihat warna komplementer.

  • Warna yang bergantung dari jenis atom pusat dari ion logam dan jenis ligannya.
  • Unsur-unsur transisi dapat membentuk senyawa kompleks (senyawa koordinasi)

0 komentar:

Posting Komentar